2.1 Pengertian Penalaran
Penalaran adalah sebuah pemikiran untuk dapat menghasilkan suatu kesimpulan.Ketika seseorang sedang menalarkan sesuatu, maka seseorang tersebut akan mendapatkan sebuah pemikiran dimana pemikiran tersebut adalah suatu kesimpulan masalah yang sedang dihadapi. Contoh saja kalau kita sedang berkendara dan terjebak diderasnya hujan, apakah yang akan kita lakukan ? disitulah nalar kita bekerja. Mencari sebuah solusi agar kita bisa terhindar dari derasnya hujan dengan cara memikirkan sesuatu yang bisa dipakai untuk berteduh. Ciri-ciri penalaran :
1. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas disebut logika.
2. Sifat analitik dari proses berfikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
2.2 Macam-Macam Penalaran
1. Penalaran manusia
Manusia memecahkan masalah melalui kombinasi antara fakta dan pengetahuan. Penalaran adalah proses yang berhubungan dengan pengetahuan, fakta dan strategi pemecahan masalah untuk mendapatkan konklusi/penyelesaian. Berbagai metode penalaran yang lazim adalah deduksi, induksi, abduktip, analogi dan akal sehat, berikut ini penjelasan singkatnya.
A. Deduksi (deduction)
Manusia menggunakan deduksi untuk mendapatkan informasi baru dari informasi yang sudah diketahui yang ada reasinya. Penalaran deduksi menggunakan fakta-fakta dari masalah yang ada dan pengetahuan umum yang sesuai pada umumnya, jadi dari hal yang umum, dikenakan pada hal yang khusus, model deduksi adalah :
Fakta + Rule -> Efek dengan rule dalam bentuk :
If <cause/premise> then <effect/conclusion>
Jika <sebab/premise> maka <akibat/konklusi>
Sebagai contoh :
Aturan/implikasi : Jika saya berdiri di hujan, maka saya akan basah.
Fakta/premis : Saya berdiri di hujan
Konklusi : Saya akan basah
B. Induksi (Induction)
Manusia menggunakan induksi untuk mendapatkan kesimpulan umum dari sekumpulan/himpunan fakta melalui proses generalisai. Model induksi :
Cause + Effect -> Rule
Sebagai contoh :
Fakta/premis : alumunium dipanaskan memuai
Fakta/premis : besi dipanaskan memuai
Fakta/premis : tembaga dipanaskan memuai
Konklusi : secara umum, semua besi bila dipanaskan akan memuai
C. Abduktip(abductive)
Abduktif adalah bentuk deduksi yang memungkinkan menarik kesimpulan yang bersifat “plausible”. Plausible adalah konklusi yang ditarik dari informasi yang tersedia. Jadi model abduktip :
Effect + Rule -> cause
Sebagai contoh :
Aturan : Tanah basah jika hari hujan
Fakta : Tanah basah
Konklusi : Hari hujan?
D. Analogi
Manusia membentuk model mental tentang konsep melalui pengalaman. Manusia menggunakan model ini melalui penalaran analogi untuk membantu memahami suatu masalah/situasi. Mereka lalu menarik analogi diantara masalah dan model, mencari kesamaan dan perbedaan untuk dapat menyimpulkan.
Sebagai contoh :
Misalkan seorang dokter yang sudah puluhan tahun praktek, maka pengalamannya dalam bentuk kasus-kasus sudah sedemikian banyaknya. Bila kasus-kasus tersebut dapat disimpan secara cerdik dalam database kasus, maka dapat dipergunakan untuk menyelesaikan masalah baru bagi pasien baru tanpa dokter itu hadir. Pasien baru memasukkan karakter berikut data-data dari sakitnya, kemudian sistem mencari kasus pasien lama yang serupa keluhannya untuk ditampilkan solusinya yaitu obat beserta dosisnya.
E. Akal Sehat(Common-sense)
Lewat pengalaman, manusia belajar memecahkan persoalan secara effisien. Mereka menggunakan akal sehat untuk dengan cepat menarik kesimpulan. Akal sehat lebih cenderung berdasar pada kebijakan-kebijakan yang baik dari pada logika yang eksak.
2. Penalaran Tidak Monotonis (non-monotonic)
Penalaran pada suatu masalah pada umumnya menggunakan inforrmasi yang statis artinya selama melakukan penyelesaian masalah. Penalaran semacam ini disebut sebagai penalaran monoton. Sebagai ilustrasi aturan sbb:
If angin berhembus
Then kursi goyang akan berayun
Kemudian coba amati kejadian berikut, lalu apa yang akan terjadi:
Hey, ada angin topan! a. Ada angin berhembus a. Kursi bergoyang.
Seiring berlalunya angin topan, kita berharap kursi berayun. Namun, saat angin topan telah berlalu, kita harap bahwa kursi sudah berhenti berayun. Namun sistem yang digunakan penalaran monoton kita tetap menganggap bahwa kursi tetap berayun!
Manusia yang memiliki indera keenam tidak merasa sulit untuk mengikuti perubahan status informasi variabel. Gaya penalaran semacam ini disebut penalaran yang tidak monoton.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar